Berti Tutuarima, Legenda Sepakbola Indonesia: Lebih Memilih Jadi Pelatih Usia Dini

PURWOREJO, purworejosport.com, Berti Tutuarima Pemain timnas Indonesia era akhir 1970-an sampai 1986 yang menyumbang perak dari sepak bola SEA Games 1979, kini menikmati peran sebagai pelatih sepak bola usia dini. Tinggal di perbatasan antara Jakarta Selatan dan Tangerang Selatan, Berti Tutuarima ikut berkiprah membina pemain usia dini.

Dia sempat aktif melatih pemain U-10 untuk Sekolah Sepak Bola (SSB) Arsento di Tangerang Selatan.
Namun dengan wabah pandemi covid-19 membuat kegiatan SSB itu terhenti dan Berti Tutuarima pun merindukan melatih pemain usia dini.

Berti datang ke Purworejo bersama 3 orang mantan pemain sepakbola nasional yang tergabung dalam IFA (Indonesia Football Ambasador) yakni Nasir Salasa, Purwono dan David Sulaksmono. Kedatangan mereka dalam rangka memenuhi undangan bupati Purworejo Agus Bastian. Untuk melakukan couching klinik kepada para pemain usia dini di Kabupaten Purworejo.

Dia sempat aktif melatih pemain U-10 untuk Sekolah Sepak Bola (SSB) Arsento di Tangerang Selatan.
Hanya saja, pandemi Covid-19 membuat kegiatan SSB itu terhenti dan Berti Tutuarima pun merindukan melatih pemain usia dini.

Coaching clinic di Alun-alun Purworejo

“Saya punya pengalaman main di timnas Indonesia dan sempat berlatih di Brasil selama 6 bulan. Hal itulah yang saya tularkan untuk menerapkan ilmu ke pemain usia dini,” kata Berti kepada Purworejo Sport (2/6/) sore.

Menurut Berti jika dirinya disuruh memilih, akan lebih suka melatih anak-anak U-10 atau yang lebih muda. “Saya ingin memperbaiki dasar mereka main,” tuturnya.

Sebagai mantan pemain bertahan, Berti Tutuarima menekankan, dasar bermain sepak bola sangat penting untuk perkembangan pemain muda.

Lelaki ramah kelahiran Jakarta 65 tahun silam ini mengatakan bahwa teknik dasar itu harus dimatangkan ke pemain usia muda sehingga ke depan mereka bisa memaksimalkan bakatnya.

Gaya Berty saat melatih

“Untuk mengasah bakat dan mengapresiasikan kemampuan dilapangan perlu belajar dengan bebagai gaya sepakbola, seperti gaya Makasar yang cenderung bermain keras, Persib yang selalu menggunakan teknik tinggi dan tentunya dengan daerah lain,” jelas Berti.

Berti Tutuarima sadar sepak bola selalu berkembang, khususnya dalam permainan di lapangan.
Namun, teknik dasar sepak bola sejak dulu sama dan pemain usia dini wajib dimatangkan khusus hal itu.

“Bermain bola tidak hanya mengandalkan skill, namun harus dibarengi dengan mental yang kuat. Apalah artinya memiliki teknik dan skill tinggi tapi bermental jelek saat bertanding,” ujarnya.

Beberapa pelatih pernah menanganinya, salah satunya Wiel Coerver di timnas Indonesia pada era 1970an akhir. Diapun menyebut, ilmu-ilmu dasar itu yang diakui harus diterapkan ke pembinaan, termasuk soal kedisiplinan dalam bermain serta bersikap sebagai atlet.

Berty membekali anak-anak bermain sepakbola yang benar

Memulai karier junior bersama MBFA, tim amatir dari Jakarta, Berti Tutuarima sempat pindah ke Bintang Timur. Bintang Timur yang merupakan anggota dari kompetisi internal Persija era lawas, mengirimnya dalam seleksi ke Piala Soeratin.

“Saat Persija melakukan seleksi untuk tim ke Piala Soeratin 1976, saya dikirim Bintang Timur dan lolos.
Sejak itu, saya malang melintang di sepak bola nasional sempat bermain untuk Persija era Perserikatan dan main di Galatama untuk Bintang Timur,” terangnya.

Bersama Timnas Indonesia, prestasi paling fenomenal di SEA Games 1979 saat meraih perak setelah di final kalah dari Malaysia. Lalu, Berti Tutuarima jadi bagian Indonesia menembus empat besar sepak bola Asian Games 1986 di Korea Selatan.

“Saya adalah kapten timnas Indonesia saat masuk empat besar Asian Games 1986,” tutur Berti Tutuarima mengakhiri percakapan. (Kun)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *