Purworejo Cuma Dapat 1 dari 9 Target Medali Emas Popda Provinsi, Kadin Porapar: Jadi Bahan Evaluasi Bersama

PURWOREJO, purworejosport.com,  Perolehan satu emas, lima perak, dan lima perunggu yang diperoleh kontingen Purworejo pada Popda Provinsi tanggal 22 hingga 25 Juni ini sungguh menyesakkan dada. Padahal sebelumnya panitia menargetkan perolehan sembilan emas, delapan perak dan lima perunggu. Medali emas disasar dari cabor bola voli putra dan putri, pencak silat, taekwondo, voli pasir, renang, atletik, tinju, tenis meja, dan kempo. Namun satu-satunya medali emas hanya diperoleh dari cabor taekwondo putri.

Terkait dengan hasil tersebut, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Din Porapar) Kabupaten Purworejo, Stephanus Aan Isa Nugroho selaku penanggungjawab kegiatan mengakui, hasil Popda kali ini jauh dari target. “Setelah kita evaluasi, hasil ini cukup menjadi bahan koreksi bagi kami, baik Dinporapar, Dikbud, masing-masing cabor, serta pihak sekolah,” kata Aan saat ditemui Purworejo Sport di ruangannya pada Kamis (26/6).

Lebih lanjut Aan menyebutkan, ada beberapa faktor tidak tercapainya target tersebut. Diantaranya, pada setiap tahun pelaksanaan Popda ada pergantian atlet. “Popda tahun ini masih menggunakan aturan bukan berjenjang. Contohnya, juara 1 tenis dari Purworejo siswa kelas 7 SMP ketemu anak kelas 11 SMA unggulan kedua. Aturan tersebut menurut kami kurang dapat memberikan persaingan yang setara,” kata Aan.

Faktor kedua, lanjutnya, memang di beberapa cabor unggulan yang sebelumnya dapat emas seperti voli pasir putra putri, voli pasir, kempo, dan tinju, ternyata tahun ini belum dapat emas. Artinya memang persaingan di daerah lain cukup bagus. Ini akan jadi evaluasi.

“Yang melebihi target yakni taekwondo. Semula hanya ditargetkan satu emas, malah bisa memperoleh tambahan perak dan perunggu. (Taekwondo ) Ini akan jadi mapping tahun depan sebagai cabor unggulan,” imbuhnya.

Tiga atlet taekwondo semuanya memperoleh medali

Faktor ketiga, kata Aan, ada beberapa cabor yang belum familiar di Purworejo, padahal potensi perolehan medali bisa didapat dari situ, seperti dayung dan gulat. Aan mengakui, masih banyak cabor yang belum tergali. Hal ini menurut Aan, dibutuhkan kerja sama antara KONI dan sekolah. Bila memungkinkan akan dicoba tahun depan agar perolehan medali bisa lebih dimaksimalkan.

Terkait Kelas Khusus Olahraga (KKO), Aan menilai, idealnya memang sebaiknya ada di kabupaten ini. “Tapi yang paling penting adalah support dari sekolah terhadap atlet berprestasi. Misalnya saat atlet harus ikut TC, maka pihak sekolah  harusnya memberikan ijin,” tegas Aan.

Hal ini, lanjutnya, berkaitan dengan kebijakan pro olahraga khususnya bagi atlet berprestasi yang didukung bersama. “Tahap awal kita harus menyamakan persepsi dengan sekolah dan Dindikbud terhadap kebijakan sekolah yang pro olahraga  dan atlet berprestasi,” tutur Aan.

Dirinya menyatakan bahwa semua faktor tersebut akan dijadikan bahan evaluasi. “Kami akan mengundang berbagai pihak untuk mendukung para atlet, terutama untuk cabor unggulan yang latihannya tidak bisa instan dan harus rutin, termasuk dengan orang tua dan guru,” pungkasnya. (Yud)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *