Faiz Saifullah, Atlet Pencak Silat Cilik Bertalenta Besar

BENER,  Faiz Saifullah (7), putra semata wayang pasangan Muslimin (49) dan Septriana (40) memang punya talenta bela diri silat yang luar biasa. Sejak usia 1,5 tahun, di saat anak-anak seumurannya sedang belajar memahami kemampuan dasar, Faiz sudah ikut latihan silat bersama bapaknya, Muslimin yang merupakan guru silat ternama di Purworejo.

Lalu pada saat usianya baru 2 tahun, Faiz yang lahir pada tanggal 10 Oktober 2015 itu sudah ikut dalam kejuaraan pencak silat tingkat nasional di Yogyakarta awal tahun 2018.

“Dalam pertandingan perdana itu Faiz ikut dalam kategori seni,” kata Muslimin saat diwawancarai di sebuah kafe, Selasa (19/7) malam bersama istri dan Faiz.

Setelah itu setiap tahunnya Faiz tak pernah absen mengikuti kejuaraan serupa dan selalu tampil menjadi juara. Menurut penuturan Muslimin, tak jarang Faiz membuat decak kagum dan gemas para juri dengan segala tingkah polahnya yang masih lugu.

Tak hanya di Yogya, Faiz juga rutin ikut berbagai kejuaraan seperti di Bandung, Banyuwangi, dan Bali. Termasuk ikut Piala Presiden di Bogor tahun 2019, sebelum akhirnya Covid  melanda.

Faiz bersama kedua orang tuanya

Dalam setiap kejuaraan, kata Muslimin, Faiz selalu berhadapan dengan anak SD, tapi selalu juara 1. Beberapa waktu lalu bersama Cantika, Faiz juga ikut Bali International Championship dan berhasil meraih juara 1 kategori seni.

“Dia saya ikutkan dalam berbagai kejuaraan untuk melatih mental dan juga untuk menambah pengalaman walaupun masih kecil,” kata Muslimin.

Selain mengukir prestasi serta mampu membuat decak kagum, Faiz juga sering diminta perform dalam beberapa event, seperti dalam acara pembukaan event olah raga. Tak hanya seni bela diri dengan tangan kosong, dalam pertunjukannya Faiz juga sudah bisa menggunakan toyak (tongkat) dan golok.

Selama wawancara berlangsung pun, Faiz tak pernah diam. Bocah yang bercita-cita jadi tentara itu berlari kesana kemari dengan jubah hitam yang dikenakannya. Ia juga memesan sendiri minuman susu jahe kesukaannya. 

Faiz juga ternyata masih “ngedot”. Di tengah wawancara, ia mengambil sendiri botol dot yang berada di mobil dan mengisinya dengan susu jahe. Ia pun bersandar kepada bapaknya sambil minum susu jahe dari botol susu.

Faiz, koleksi piala dan medalinya

Ibunya, Septriana mengaku bahwa Faiz lebih dekat dengan bapaknya. Itu karena suaminya punya  banyak waktu dengan Faiz, sementara dirinya bekerja sebagai karyawan di RSUD.

Menurut penuturan Muslimin yang sudah 37 tahun melatih silat itu, dirinya sudah pernah menjadi karyawan bank selama 13 tahun. “Tapi akhirnya saya mengundurkan diri dan memilih lebih fokus menjadi pelatih silat,” kata Muslimin.

Disebutkan, saat ini ia melatih di 11 tempat, termasuk di padepokan Manunggal Ati Suci di rumahnya, Dusun Kembangan Kidul RT 01/03 Desa Jati Kecamatan Bener.

Lainnya,di  beberapa sekolah mulai SD hingga pondok pesantren. Tak hanya area Purworejo, Muslimin yang tercatat pernah menjadi atlet pencak silat andalan itu juga menjadi pelatih di beberapa sekolah di wilayah Salaman dan Kajoran, Kabupaten Magelang.

Maka tidak berlebihan bila anaknya, Faiz dididik menjadi atlet sedini mungkin. Bahkan saat usianya 4 tahun, Faiz tampil di tv dalam program Super 10, beradu aksi bersama bapaknya dan mampu menyedot perhatian juri dan penonton.

Faiz tak bisa pisah dengan dot

Saat diminta reporter Purworejo Sport untuk memperagakan gerakan seni silatnya, Faiz dengan sigap langsung beraksi. Faiz tampak menjiwai setiap gerakan yang diperagakannya. Ia juga sangat hafal dan lincah melakukan setiap gerakan.

Muslim menuturkan, Faiz akan lebih bersemangat dan fokus bila berlatih di tempat sepi, seperti di Makam Bulus,  Makam Mbah Nur di Watu Congol, Gunung Pring Muntilan, atau Makam Sunan Geseng di Kecamatan Grabag, Magelang,

Faiz, kata Muslimin, punya hobi nonton film laga dan perang dengan bintang idola Jackie Chan. Tapi tidak seperti anak kecil kebanyakan,    Faiz tidak suka menonton film kartun. Dengan didampingi orang tuanya, Faiz selalu antusias saat menonton film laga.

Di pagi hari, kata ibunya, Faiz bangun sekitar pukul 04.00. Setelah sholat Subuh, Faiz kadang  tidur lagi. Lalu berangkat sekolah di SD Jati diantar bapaknya. Pulang sekolah, Faiz lebih memilih berjalan kaki bersama teman-teman lainnya.

Muslimin menuturkan, meski masih bocah, pola pikir Faiz sudah seperti orang dewasa. Kepadanya Faiz bercerita kalau merasa kasihan dengan temannya yang tidak mampu dan memberikan uang sakunya kepada temannya itu.

Faiz juga mahir melakukan split

Dalam banyak hal pun, Faiz termasuk anak yang mandiri. Kedua orang tuanya mengajarkan bahasa Jawa krama inggil saat berkomunikasi sehingga Faiz lebih sering menggunakannya dalam percakapan sehari-hari.

Terkait dengan perlunya menambah jam terbang untuk anak tercintanya, selain akan mengikutsertakan dalam event kejuaraan internasional di ITB Bandung bulan September mendatang, Muslimin pun berencana akan mengikutkan Faiz pada event Singapura International Championship tahun ini.

Atas prestasi yang diperolehnya di ajang Bali International Championship awal bulan Juli lalu, pihak sekolah yakni kepala SDN Jati telah memberikan reward  berupa uang saku kepada bocah bertalenta luar biasa itu.

Kedua orangtuanya berharap dan mendoakan agar Faiz kelak bisa hafid Al Quran dan bisa menjadi atlet berkelas internasional.

Bukan hal yang tidak mungkin harapan tersebut dapat terwujud, mengingat usia Faiz yang masih belia dan memiliki talenta serta keberanian di atas rata-rata anak seusianya. Terlebih lagi Faiz diasuh dan dibimbing oleh pelatih handal yang tak lain adalah bapaknya sendiri.

Baik Muslimin dan Septriana berharap, Faiz dapat menjadi pribadi yang bermanfaat dengan ilmunya serta dapat menolong sesama. (Yud)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *