PURWOREJO, purworejosport.com, Pesatnya perkembangan olah raga Petanque (baca: petang) di Kabupaten Purworejo tak lepas dari peran Herry Kristijantoro selaku ketua Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI) Kabupaten Purworejo. Saat ini bahkan olah raga asal Prancis itu telah masuk ke dalam kurikulum pelajaran olah raga SMP di Purworejo.
Ditemui di rumahnya, RT 1 RW 1 No 46 Kelurahan Sindurjan, Purworejo, Kris, begitu sapaan pria yang hobi olah raga itu menceritakan asal mula dirinya terjun ke olah raga yang bermakna “kaki rapat” tersebut.
“Tadinya saya menggeluti olah raga tenis lapangan selama belasan tahun sebelum akhirnya melirik olah raga petanque,” ucap alumni FKIP Prodi Olah Raga UNS itu kepada Purworejo Sport, Senin (4/4) sore.
Bapak dua anak itu berkisah, selepas kuliah tahun 1993, ia sempat istirahat sebelum akhirnya mendaftar menjadi PNS tahun 1995. Waktu itu Kris melamar menjadi guru olah raga di SMPN 2 Bayan (sekarang SMPN 35).
Tak dinyana, hingga kini atau selama kurun waktu 26 tahun dirinya masih mendedikasikan diri menjadi guru di sekolah yang jaraknya sekitar 12 Km dari rumahnya itu. “Mungkin sampai pensiun,” katanya.
Saat telah merasa maksimal sebagai atlet tenis yang kerap mewakili Purworejo dalam lomba antar instansi se-Jateng dan berkali-kali meraih juara, Kris pun memilih tawaran untuk menjadi wasit tenis lapangan.
“Sebenarnya saya dapat tawaran jadi pelatih atau wasit. Saya ikuti kedua tawaran itu meskipun akhirnya saya fokus jadi wasit dengan mengikuti berbagai kursus dan pelatihan,” jelas Kris.
Dirinya pun malang melintang di dunia perwasitan tenis lapangan. Hingga akhirnya di tahun 2015, saat Kris mulai mengenal olah raga petanque dan mulai menggeluti olah raga “kaki rapat” itu.
Bersama Rinto sebagai pemilik Rumah Makan Bogowonto yang menyediakan venue untuk berlatih petanque, Kris merintis olah raga murah dan mudah itu di Kabupaten Purworejo.
Setelah dilantik menjadi ketua, Kris langsung tancap gas mempush atlet yang semula direkrut dengan sukarela tersebut.
Berkat keuletan dan bakat yang dimiliki, tim Kabupaten Purworejo berhasil membawa pulang medali perunggu di even Porprov. Satu hal yang luar biasa bagi cabor yang baru lahir belum genap setahun.
“Saya yakin Purworejo bisa karena ada atletnya yang punya talenta. Saat ini Purworejo punya delapan atlet petanque. Yakni empat putra dan empat putri yang diproyeksikan meraih emas pada Porprov mendatang,” tegas Kris.
Wajarlah bila Kris menarget medali emas. Itu karena persiapan yang telah dilakukan dan semangat untuk membawa pulang medali emas sebagai lambang supremasi.
Terkait petanque sebagai olah raga yang mudah dan murah, Kris menjelaskan, hal itu karena sarana dan alat yang dibutuhkan hanyalah lapangan berukuran standar lebar 3 meter dan panjang minimal 12 meter.
Peralatan yang dibutuhkan pun hanya bola besi (bosi) sebanyak tiga buah untuk masing-masing pemain, serta bola kayu (boka) dan circle. Ditelusuri di mesin pencari data, harga ketiga alat itu sekitar Rp 400.000.
Meski begitu, alat tersebut dapat dipakai secara bergantian dan disediakan oleh klub. Begitu juga dengan teknik bermain petanque yang mudah serta tidak banyak menguras energi, layaknya bermain kelereng.
“Selain mudah dan murah, petanque merupakan olah raga yang mengandalkan pada teknik pointing dan shooting,” jelas bapak dua anak itu.
Teknik pointing yakni untuk mendekatkan bosi pemain dengan
boka. Adapun teknik shooting yakni untuk mendekatkan bosi pemain dengan bosi lawan.
Disamping itu, olah raga petanque juga merupakan permainan yang menjunjung tinggi rasa saling percaya antar pemain. Hal itu karena kedua pihak menghitung sendiri jarak terdekat bosi dari boka. Bila tidak ada kata sepakat barulah melibatkan wasit.
Saat ini pun, petanque terus digiatkan sebagai olah raga yang dilakukan di sekolah. Diakui Kris, klub-klub petanque sekarang banyak muncul dari sekolah.
Lebih dari separuh kecamatan di Purworejo telah dirambah oleh olah raga bosi boka itu. Andai tak terhalang pandemi, kata Kris, petanque sudah masuk ke semua korwicam di Purworejo.
Untuk itu, pihaknya kini tengah gencar melakukan sosialisasi kepada guru olah raga yang belum terjangkau sebelumnya. Ia menargetkan, tahun ini Petanque dapat masuk sebagai olah raga yang diajarkan di sekolah.
Tujuannya, selain untuk mengenalkan olah raga petanque, juga sebagai ajang pencarian bibit atlet yang berbakat dan berprestasi. Disamping ajang resmi seperti Porprov, beberapa turnamen pun siap digelar di Purworejo.
Meski dengan lapangan yang belum disediakan oleh Pemda, Kris optimistis petanque dapat membawa nama harum Purworejo baik sebagai penyelenggara maupun peserta.
Dijelaskan Kris, FOPI Kabupaten Purworejo pernah mengadakan Turnamen Bogowonto Cup di tahun 2018 dan 2019 yang pesertanya berasal dari luar Jawa.
“Waktu pertama kali mengadakan di tahun 2018, kami langsung mendapatkan apresiasi dari Pengprov FOPI Jawa Tengah karena pesertanya mencapai 64 tim dari berbagai provinsi,” kenang Kris.
Dengan sekretariat sekaligus venue latihan di Rumah Makan Bogowonto, Desa Pangenrejo, Kris berharap pada even mendatang Pemda dapat memberikan apresiasi bagi olah raga yang baru empat tahun eksis itu. (Yud)