Meski Terbentur Minimnya Peralatan, Atlet Menembak Purworejo Raih Emas di Pra Porprov

PURWOREJO, purworejosport.com, Keterbatasan sarpras tak menghalangi atlet untuk berprestasi. Buktinya Yoga Prasetiyono, atlet cabor menembak Purworejo berhasil meraih medali emas pada ajang Pra Porprov cabor menembak yang diadakan di Blora pada Sabtu dan Minggu (5-6/11). Perolehan itu membuat Purworejo lolos ke Porprov yang akan digelar pada bulan September 2023 di Pati.

Yoga bahkan berhasil meraih tiga medali sekaligus. Yakni medali emas nomor HPR 300m Plat Siluet, perak nomor HPR 100m Ring Target, dan perunggu pada nomor Multirange 18-41m.

Meski begitu, di balik kesuksesan atlet Purworejo, terselip cerita bahwa peralatan menembak yang digunakan merupakan pinjaman dari ketua umum Perbakin Jawa Tengah.

Yoga menuturkan, pada event Porprov tahun 2018 lalu dirinya juga meminjam senapan api dari Solo karena milik Purworejo rusak sehingga akurasinya kurang.

Diakuinya, peralatan cabor menembak memang mahal, terutama untuk senapan angin dan metal siluet yang harganya mencapai puluhan juta. Bahkan untuk senapan angin mencapai Rp 80 juta. Sedangkan metal siluet sekitar Rp 60 juta.

Yoga Prasetiyono (dua dari kiri) bersama medali emasnya

“Untuk kontingen Purworejo dukungan akomodasi sangat minim, bahkan sering nombok,” keluh Yoga saat dihubungi, Senin (7/11). “Semoga nanti secara finansial kami lebih diperhatikan,” harapnya.

Meski begitu Yoga bertekad untuk tetap menorehkan prestasi pada Porprov mendatang dengan menargetkan dua medali emas. Yakni pada nomor HPR 100m Ring Target dan HPR 300m Plat Siluet.

Terkait dengan hal tersebut ketua KONI Purworejo, Sumaryanto berkomentar bahwa dana dari KONI tidak boleh digunakan untuk pengadaan sarpras. “Hanya untuk digunakan sebagai penunjang kegiatan atlet, bukan pengadaan sarpras termasuk pembelian alat,” tegasnya.

Ia memberikan gambaran bahwa saat mendirikan cabor hendaknya sudah memiliki peralatan yang cukup memadai. “Kan syaratnya harus minimal setahun sudah terbentuk dan aktif, baru bisa terdaftar di KONI,” jelas Maryanto.

Ia bahkan menegaskan bahwa 90% peralatan berasal dari cabor yang bersangkutan. “Kalaupun mau membeli atau memperbaiki peralatan melalui KONI, harusnya disertakan dalam kegiatan, bukan menganggarkannya tersendiri. Itu tidak bisa,” tandasnya. (Yud)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *