PURWOREJO, purworejosport.com, M. Arkan Baihaqi dan M. Athif Nurfattah patut berbangga kepada ayah mereka, Muhammad Zuhdi. Di tangan Zuhdi, Arkan yang merupakan atlet muda Modern Penthatlon Indonesia (MPI) asal Purworejo berhasil meraih medali perak pada PON di Papua. Adapun Athif yang masih duduk di bangku kelas 2 SD KUB Muhammadiyah baru saja meraih empat medali emas pada event renang Felfest di UI Depok.
Tak hanya mensupport kedua buah hatinya untuk terus berprestasi, Zuhdi pun membuktikan kepada keduanya melalui capaian yang berhasil diukir di usianya yang tak lagi muda yakni 50 tahun. Zuhdi berhasil menjadi juara pada Kejuaraan Renang Tingkat Nasional bulan Maret lalu.
Dalam event yang diikuti 543 atlet baik kelompok umur master hingga kelompok umur 5 berasal dari 10 provinsi tersebut Zuhdi berhasil meraih dua medali emas perdana sekaligus, yakni kategori gaya dada 50 meter dan 100 meter.
Perolehan hasil tersebut, menurut Zuhdi, bukanlah hal yang mudah, mengingat sebelumnya ia merupakan atlet lari sejak pelajar hingga kuliah, mengikuti kejuaraan Popnas dan Pomnas. Terakhir, Zuhdi yang tercatat sebagai karyawan swasta itu mewakili Purworejo pada ajang Porda tahun 2001.
Suami Tri Lastanti Hendyayani itu memulai kiprahnya di dunia renang sejak tahun 2016, yakni saat mendampingi Arkan mengikuti berbagai event. Tahun ini, Arkan yang kini siswa di SMA Ragunan, tercatat menjadi atlet renang Purworejo dalam event Porprov.
“Jadi renang merupakan hal yang baru bagi saya. Selain ikut latihan renang, saya juga ikut berbagai pelatihan profesional termasuk mempelajari nutrisi atlet renang dan penataran pelatih renang, baby swim dan hydrotherapy-life guard di Bandung bulan Februari lalu,” kata Zuhdi kepada Purworejo Sport Minggu (9/4) sore.
Zuhdi yang tinggal di Dukuh Kenteng RT 01 RW 02 Desa Somorejo Kecamatan Bagelen itu bersyukur, dirinya yang turun pertama kali dalam lomba renang berhasil meraih emas. Mantan atlet lari itu pun menuturkan, ia melakukan persiapan serius sekitar tiga bulan.
“Sejak dapat info fari teman panitia, saya bergabung dengan klub BSC yakni Priyono dan Eko Yulianto yang juga melatih Athif yang sedang mempersiapkan Popda. Jadi mereka tidak tahu motivasi saya ikut berlatih,” ujar Zuhdi.
Ia bersyukur bisa mendampingi perkembangan buah hatinya, tak hanya dalam hal disiplin berlatih tetapi juga menjaga nutrisi serta asupan gizi yang harus dipenuhi oleh seorang atlet. Iapun beruntung mendapatkan ilmu tersebut dan mengaplikasikan kepada anaknya.
Penataran pelatih renang yang diikutinya pun digunakannya untuk mengetahui jiwa olah raga yang dialami Arkan dsn Athif. “Jadi semua yang saya ikuti bermanfaat bagi mereka,” tuturnya.
Zuhdi pun sangat yakin bahwa peran orang tua dalam mendampingi setiap proses yang dialami anaknya sangatlah penting. Untuk itu, Zuhdi sangat gembira di usia 50 tahun bisa menorehkan prestasi di dunia renang yang baru baginya.
“Tidak ada kata terlambat untuk mengukir prestasi. Selagi ada kemauan yang serius dan badan sehat, serta disiplin melatih nutrisi yang seimbang dan cukup istirahat, semuanya bisa didapat. Ini yang saya tularkan kepada mereka,” pungkas Zuhdi.
Para orang tua yang putra putrinya merupakan seorang atlet pun tampaknya harus banyak belajar dari Zuhdi yang begitu disiplin menggembleng mental dan fisik anaknya, demi meraih prestasi maksimal. Bagaimana dengan Anda? (Yud)